Tugas Ekonomi koperasi
Pembangunan koperasi di Negara
berkembang
Rangkuman BAB 12

Disusun
Oleh :
1. Fibrina 1A213734
2. Tri
Astral Simatupang 18213947
3. Wiwin
Wintarsih 19213359
4. Wulan
Sukmawati 19213369
5. Yahya
Ayyasy 19213382
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2014/2015
A.
Pembangunan
Koperasi di Negara Berkembang (di Indonesia )
`Sejarah kelahiran dan berkembangnya
koperasi di negara maju (barat) dan negara berkembang memang sangat diametral.
Di barat koperasi lahir sebagai gerakan untuk melawan ketidakadilan pasar, oleh
karena itu tumbuh dan berkembang dalam suasana persaingan pasar. Bahkan
dengan kekuatannya itu koperasi meraih posisi tawar dan kedudukan penting dalam
konstelasi kebijakan ekonomi termasuk dalam perundingan internasional.
Peraturan perundangan yang mengatur koperasi tumbuh kemudian sebagai tuntutan
masyarakat koperasi dalam rangka melindungi dirinya. Di negara
berkembang koperasi dirasa perlu dihadirkan dalam kerangka membangun institusi
yang dapat menjadi mitra negara dalam menggerakkan pembangunan untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kesadaran antara kesamaan dan
kemuliaan tujuan negara dan gerakan koperasi dalam memperjuangkan peningkatan
kesejahteraan masyarakat ditonjolkan di negara berkembang, baik oleh pemerintah
kolonial maupun pemerintahan bangsa sendiri setelah kemerdekaan, berbagai
peraturan perundangan yang mengatur koperasi dilahirkan dengan maksud
mempercepat pengenalan koperasi dan memberikan arah bagi pengembangan koperasi
serta dukungan/perlindungan yang diperlukan.
B.
Tahapan
Pembangunan Koperasi di Negara Berkembang menurut A. Hanel, 1989:
Tahap
I : Pemerintah mendukung perintisan pembentukan organisasi
koperasi.
Tahap II : Melepaskan ketergantungan kepada sponsor dan pengawasan teknis, manajemen dan keuangan secara langsung dari pemerintah dan atau organisasi yang dikendalikan oleh pemerintah.
Tahap II : Melepaskan ketergantungan kepada sponsor dan pengawasan teknis, manajemen dan keuangan secara langsung dari pemerintah dan atau organisasi yang dikendalikan oleh pemerintah.
Tahap
III : Perkembangan koperasi sebagai organisasi koperasi yang mandiri.
Permasalahan dalam Pembangunan Koperasi Koperasi bukan kumpulan modal, dengan demikian tujuan pokoknya harus benar-benar mengabdi untuk kepentingan anggota dan masyarakat di sekitarnya. Pembangunan koperasi di Indonesia dihadapkan pada dua masalah pokok yaitu masalah internal dan eksternal koperasi.
Permasalahan dalam Pembangunan Koperasi Koperasi bukan kumpulan modal, dengan demikian tujuan pokoknya harus benar-benar mengabdi untuk kepentingan anggota dan masyarakat di sekitarnya. Pembangunan koperasi di Indonesia dihadapkan pada dua masalah pokok yaitu masalah internal dan eksternal koperasi.
C.
Masalah
internal koperasi antara lain:
kurangnya
pemahaman anggota akan manfaat koperasi dan pengetahuan tentang kewajiban
sebagai anggota. Harus ada sekelompok orang yang punya kepentingan ekonomi
bersama yang bersedia bekerja sama dan mengadakan ikatan sosial. Dalam kelompok
tersebut harus ada tokoh yang berfungsi sebagai penggerak organisatoris untuk
menggerakkan koperasi ke arah sasaran yang benar.
D.
Masalah
eksternal koperasi antara lain:
iklim
yang mendukung pertumbuhan koperasi belum selaras dengan kehendak anggota
koperasi, seperti kebijakan pemerintah yang jelas dan efektif untuk perjuangan
koperasi, sistem prasarana, pelayanan, pendidikan, dan penyuluhan.
E. Kendala yang dihadapi masyarakat :
1.
Perbedaan pendapat masayarakat mengenai Koperasi
2.
Cara mengatasi perbedaan pendapat tersebut dengan menciptakan 3 kondisi yaitu :
a. Koqnisi
b. Apeksi
c. Psikomotor
b. Apeksi
c. Psikomotor
3.
Masa Implementasi UU No.12 Tahun 1967 Tahapan membangun Koperasi :
a. Ofisialisasi
b. De-ofisialisasi
c. Otonomisasi
b. De-ofisialisasi
c. Otonomisasi
4.
Misi UU No.25 Tahun 1992
Merupakan
gerakan ekonomi rakyat dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,adil,makmur
berlandaskan pancasila dan UUD 1945
F.
Kunci
Pembangunan Koperasi
·
Menurut Ace Partadiredja dosen Fakultas
Ekonomi Universitas Gajah Mada, faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan
koperasi Indonesia adalah rendahnya tingkat kecerdasan masyarakat Indonesia.
Hal ini disebabkan karena pemerataan tingkat pendidikan sampai ke pelosok baru
dimulai pada tahun 1986, sehingga dampaknya baru bisa dirasakan paling tidak 15
tahun setelahnya.
·
Berbeda dengan Ace Partadiredja,
Baharuddin berpendapat bahwa faktor penghambat dalam pembangunan koperasi
adalah kurangnya dedikasi pengurus terhadap kelangsungan hidup koperasi. Ini
berarti bahwa kepribadian dan mental pengurus, pengawas, dan manajer belum
berjiwa koperasi sehingga masih perlu diperbaiki lagi.
·
Prof. Wagiono Ismangil berpendapat bahwa
faktor penghambat kemajuan koperasi adalah kurangnya kerja sama di bidang
ekonomi dari masyarakat kota. Kerja sama di bidang sosial (gotong royong)
memang sudah kuat, tetapi kerja sama di bidang usaha dirasakan masih lemah,
padahal kerja sama di bidang ekonomi merupakan faktor yang sangat menentukan
kemajuan lembaga koperasi.
Ketiga masalah di atas merupakan inti dari masalah manajemen koperasi dan merupakan kunci maju atau tidaknya koperasi di Indonesia. Untuk meningkatkan kualitas koperasi, diperlukan keterkaitan timbal balik antara manajemen profesional dan dukungan kepercayaan dari anggota. Mengingat tantangan yang harus dihadapi koperasi pada waktu yang akan datang semakin besar, maka koperasi perlu dikelola dengan menerapkan manajemen yang profesional serta menetapkan kaidah efektivitas dan efisiensi. Untuk keperluan ini, koperasi dan pembina koperasi perlu melakukan pembinaan dan pendidikan yang lebih intensif untuk tugas-tugas operasional. Dalam melaksanakan tugas tersebut, apabila belum mempunyai tenaga profesional yang tetap, dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan yang terkait.
Ketiga masalah di atas merupakan inti dari masalah manajemen koperasi dan merupakan kunci maju atau tidaknya koperasi di Indonesia. Untuk meningkatkan kualitas koperasi, diperlukan keterkaitan timbal balik antara manajemen profesional dan dukungan kepercayaan dari anggota. Mengingat tantangan yang harus dihadapi koperasi pada waktu yang akan datang semakin besar, maka koperasi perlu dikelola dengan menerapkan manajemen yang profesional serta menetapkan kaidah efektivitas dan efisiensi. Untuk keperluan ini, koperasi dan pembina koperasi perlu melakukan pembinaan dan pendidikan yang lebih intensif untuk tugas-tugas operasional. Dalam melaksanakan tugas tersebut, apabila belum mempunyai tenaga profesional yang tetap, dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan yang terkait.
G.
Dekan Fakultas Administrasi Bisnis
universitas Nebraska Gaay Schwediman, berpendapat bahwa untuk kemajuan koperasi
maka manajemen tradisional perlu diganti dengan manajemen modern yang mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1. semua
anggota diperlakukan secara adil,
2. didukung administrasi yang canggih,
3. koperasi yang kecil dan lemah dapat bergabung
(merjer) agar menjadi koperasi yang lebih kuat dan sehat,
4. pembuatan kebijakan dipusatkan pada sentra-sentra
yang layak,
5. petugas pemasaran koperasi harus bersifat
agresif dengan menjemput bola bukan hanya menunggu pembeli,
6. kebijakan penerimaan pegawai didasarkan atas
kebutuhan, yaitu yang terbaik untuk kepentingan koperasi,
7. manajer selalu memperhatikan fungsi perencanaan
dan masalah yang strategis, memprioritaskan keuntungan tanpa mengabaikan
pelayanan yang baik kepada anggota dan pelanggan lainnya,
8. perhatian
manajemen pada faktor persaingan eksternal harus seimbang dengan masalah
internal dan harus selalu melakukan konsultasi dengan pengurus dan pengawas,
9. keputusan usaha dibuat berdasarkan keyakinan
untuk memperhatikan kelangsungan organisasi dalam jangka panjang,
10. selalu
memikirkan pembinaan dan promosi karyawan,
11. pendidikan anggota menjadi salah satu program
yang rutin untuk dilaksanakan
Soal
:
1. Masalah
internal koperasi adalah?
a)
Kurangnya informasi untuk anggota
b)
Otonomisasi
c)
Kebijakan pemerintah
d)
Sistem pendidikan
Jawaban : A
2.
Masa Implementasi UU No.12 Tahun 1967 Tahapan membangun Koperasi
adalah?
a) Mediasi
b) Apeksi
c)
Ofisialisasi
d)
Psikomotor
Jawaban: C
3. Kendala
yang dihadapi masyarakat dalam pembangunan koperasi adalah?
a)
Perbedaan pendapat
b)
Koqnisi
c)
Otonomi daerah
d)
Jawaban a dan c benar
Jawaban : D
4. Yang
merupakan tahapan 1 dalam Tahapan Pembangunan Koperasi di Negara
Berkembang menurut A. Hanel, 1989?
a)
Perkembangan koperasi sebagai organisasi koperasi yang mandiri.
b)
Pemerintah mendukung perintisan pembentukan organisasi koperasi.
c)
Melepaskan ketergantungan kepada sponsor dan pengawasan teknis, manajemen dan
keuangan secara langsung dari pemerintah dan atau
organisasi yang dikendalikan oleh pemerintah.
d)
Otonomisasi
Jawaban : B
5.
Cara mengatasi Perbedaan pendapat
masayarakat mengenai Koperasi adalah?
a)
Koqnisi,apeksi,psikomotor
b)
Mediasi,psikomotor
c)
Koqnisi,mediasi,apeksi,psikomotor
d)
Koqnisi,apeksi,mediasi
jawaban : A
6. Apa sajakah kendala yang dihadapi masyarakat
dalam pembangunan koperasi?
a) Perbedaan
pendapat masayarakat mengenai Koperasi
b) Masa Implementasi UU No.12 Tahun 1967
Tahapan membangun KoperasI: Ofisialisasi,De-ofisialisasi,Otonomisasi
c) Cara mengatasi perbedaan pendapat tersebut
dengan menciptakan 3 kondisi yaitu: Koqnisi,Apeksi,Psikomotor
d) jawaban a,b, dan c benar
jawaban : D
7.
Menurut Prof. Wagiono Ismangil berpendapat bahwa faktor penghambat kemajuan
koperasi adalah?
a) rendahnya
tingkat kecerdasan masyarakat
b) kurangnya
kerja sama di bidang ekonomi dari masyarakat kota
c) kurangnya dedikasi pengurus terhadap
kelangsungan hidup koperasi
d)
jawaban a,b, dan c benar
jawaban : B
8.
Ada berapa tahapan dalam Pembangunan Koperasi di Negara Berkembang menurut A.
Hanel, 1989?
a) tiga tahapan
b) lima tahapan
c) enam tahapan
d) empat tahapan
jawaban : A